Teori ini membahas tentang pencapaian
peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses
belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang
wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak,
sehingga ia mampu beradaptasi dengan keadaan-keadaan yang dialaminya seperti
perubahan-perubahan psikologis dalam kehamilan hingga setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain :
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain :
a.
Kesejahteraan
ibu dan bayi
Seorang
wanita hamil memiliki harapan salah satunya kesejahteraan ibu dan bayi bahwa
ketika nanti mengalami persalinan bisa lancar dan selamat dalam persalinan
untuk ibu dan bayi. Selain itu kehadiran seorang suami dan keluarga untuk
mendukung kehamilan sangat berpengaruh untuk kesejahteraan ibu dan bayi pada
kehamilan serta persalinan nanti.
Kesejahteraan
ibu hamil dan melahirkan bergantung pada kebijakan negara, organisasi kesehatan
hamil/kehamilan, dan kondisi masyarakat tempat wanita hamil tersebut tinggal.
Kesehatan wanita hamil, dan kemampuannya untuk rnengikuti nasihat yang
dianjurkan akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keuangan, dan kebijakan
perawatan kesehatarmya. Hamil/ memberi dampak kepada seluruh anggota keluarga
dan masing-masing keluarga beradaptasi dan berimpretasi secara berbeda,
bergantung pada budaya dan pengaruh tren sosial.
b.
Penerimaan
dari masyarakat
Misalnya jika
tidak diterima di masyarakat, seorang ibu yang hamil dari luar nikah akan
mengalami gangguan dalam kehamilan bahkan persalinannya nanti. Ibu tersebut
dulunya bekerja sebagai wanita penghibur dan anak yang dilahirkannya adalah
hasil hal tersebut. Karena hal tersebut sehingga masyarakat tidak menerimanya.
c.
Penentuan
identitas diri
Langkah
pertama untuk kehamilan yaitu beradaptasi dengan peran sebagai ibu hamil.
Tingkat penerimaan ini digambarkan dengan kesiapan wanita hamil dan respons
emosionalnya yang akan menjadi seoran ibu. Banyak wanita hamil merasa kaget
rnendapatkan dirinya hamil. Penerirnaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan
penerimaan tumbuhnya anak secara nyata. Keharnilan yang tidak diterima, tidak
sama dengan menolak seorang anak. Seorang wanita hamil bisa tidak suka hamil,
tetapi mencintai anak yang akan dilahirkan. Wanita yang berbahagia dan senang
dengan hamil memperlihatkan tidak adanya kekurangan secara biologis dan siap
untuk menjadi seorang ibu.
d.
Mengetahui
tentang arti memberi dan menerima
Misal seorang
ibu memberi kasih sayang dan cinta terhadap bayinya, keluarga dan masyarakat
lain, hal tersebut mempengaruhi adanya hubungan timbal balik yaitu masyarakat
dan keluarga bahkan si bayi akan memberi kasih sayang dan cinta.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap dalam sebuah ruangan yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal lain yang tidak diketahuinya.
1. Perubahan
yang umum terjadi pada waktu hamil
a. Cenderung tergantung dan membutuhkan peran lebih untuk
berperan sebagai calon ibu.
Wanita hamil segala umur selama beberapa bulan
beradaptasi untuk berperan sebagai ibu hamil. Ketika janinnya mulai bergerak
pada trimester ke dua, wanita hamil tersebut mulai menaruh perhatian pada janinnya.
Ibu hamil menjalin percakapan dengan ibu hamil atau teman-teman lain yang
pernah hamil. Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan stress
tetapi imbalannya adalah wanita hamil tersebut siap rnemasuki suatu fase baru
untuk bertanggung jawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya berubah, siap
menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari
memperhatikan dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk
bertanggung jawab kepada makhluk lain. Perkembangan kehamilan ini membutuhkan
suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang menerima kehamilan,
mengidentifikasi peran sebagai ibu hamil, membangun kembali hubungan dengan ibu
hamil, dengan suami dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran
anaknya. Dukungan suami secara ernosional adalah faktor yang penting untuk
keberhasilan tugas perkembangan kehamilan ini.
b.
Mampu memperhatikan
perkembangan janin nya
Pada trimester kedua adalah fase
yang relatif tenang yang dialami, yaitu morning sickness kehamilan sudah lewat
dan ancaman abortus spontan juga sudah lewat. Pada tahap ini seorang wanita
hamil mulai menghadapi kenyataan kehamilan sebagai berikut.
1)
Menerima tumbuhnya janin yang merupakan makhluk yang
berbeda dengan dirinya, yaitu dengan adanya gerakan janin pada akan tumbuh
kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah dari tubuhnya.
2)
Mengembangkan kedekatan hubungan dengan bayinya. Perempuan
yang kehamilannya direncanakan, mempunyai kedekatan hubungan dengan bayinya
secara lebih awal.
c. Membutuhkan sosialisasi
Bidan
sebagai pandamping wanita saat mulai remaja sampai menopause mempunyai peranan
penting dalam proses sosialisasi untuk ibu hamil yang perlu mendapatkan banyak
informasi. Hal ini dapat melakukan upaya promotif dan preventif dengan
memberikan penyuluhan kepada para remaja dan calon pengantin tentang reproduksi
sehat dan usia yang baik untuk hamil. Selama proses kehamilan bidan mendampingi
ibu baik itu kehamilan normal maupun kehamilan dengan risiko sehingga dapat
dilakukan pendeteksian dini, melakukan kunjungan rumah untuk sosialisasi
pentingnya pemeriksaan kehamilan, memotivasi ibu hamil memeriksakan
kehamilannya secara rutin yaitu minimal empat kali selama kehamilannya, dan
pengenalan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Bidan juga menolong ibu dalam
proses persalinan normal dan segera melakukan rujukan untuk kasus yang tidak
sesuai kewenangannya. Selain itu, bidan memberikan asuhan setelah persalinan
meliputi pengenalan tanda-tanda bahaya masa setelah persalinan dan pemulihan
kesehatan. Dan pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian informasi
dan pemasangan alat kontrasepsi yang berkaitan dengan pengaturan kehamilan dan
kelahiran sehingga tidak membahayakan
ibu.
2. Reaksi Umum pada Kehamilan
a.
Trimester
I : Ambivalen, takut,
fantasi, khawatir
Perasaan menolak (ambivalen)
disebabkan karena ada perasaan khawatir bahwa waktunya “salah”, bahwa kehamilan
ini tidak diinginkan, “nanti” dan ”tidak sekarang” karena merasa takut dan
cemas, merasa ragu-ragu pada peran yang
baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan atau ketakutan terhadap kehamilan
dan persalinan.
Akibat dari penolakan memanjang dan
lebih sering depresi, ketidaknyamanan fisik, ketidak puasan dengan bentuk
badannya, perubahan perasaan yang drastis dan kesulitan menerima perubahan
akibat kehamilan.
b. Trimester II : Perasaan
lebih nyaman, kebutuhan mempelajari tumbuh kembang janin, pasif, egosentris,
keadaan merasa nyaman (self centered).
Pada trimester kedua adalah fase
yang relatif tenang yang dialami, yaitu morning sickness kehamilan sudah lewat
dan ancaman abortus spontan juga sudah lewat. Pada tahap ini seorang wanita
hamil mulai menghadapi kenyataan kehamilan sebagai berikut.
1)
Menerima tumbuhnya janin yang merupakan makhluk yang
berbeda dengan dirinya, yaitu dengan adanya gerakan janin pada akan tumbuh kesadaran
bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah dari tubuhnya.
2)
Mengembangkan kedekatan hubungan dengan bayinya.
Perempuan yang kehamilannya direncanakan, mempunyai kedekatan hubungan dengan
bayinya secara lebih awal.
c.
Trimester
III : Perasaan
aneh, merasa jelek, sembrono, merefleksikan terhadap pengalaman waktu kecil.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap dalam sebuah ruangan yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal lain yang tidak diketahuinya.
Wanita akan
kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir
kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan
yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar